Sangat disayangkan bahwa terdapat banyak pandangan yang kurang tepat mengenai kesehatan jiwa yang disebabkan oleh adanya stigma di masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang menyebabkan hal ini adalah exposure media massa yang kurang tepat dan masih kurangnya edukasi/penjelasan mengenai penyakit ini. Di bawah ini adalah beberapa mitos dan fakta mengenai kesehatan jiwa.
1. Gangguan Jiwa Jarang Terjadi?
Data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa 1 dari 11 orang di Jawa Barat menderita gangguan mental emosional dalam 30 hari terakhir. Data dari badan dunia World Health Organisation (WHO) menunjukkan bahwa 1 dari 4 orang pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu waktu di dalam hidupnya.
2. Gangguan Jiwa adalah Tanda Kecacatan?
Gangguan jiwa termasuk penyalahgunaan narkoba dan adiksi game/internet seringkali dianggap sebagai bentuk kelemahan mental atau spiritual. Orang-orang pada umumnya akan mengatakan pada orang yang sedang mengalami depresi untuk melewatinya dan lebih tabah tetapi kenyataannya tidak akan semudah itu bagi orang dengan gangguan depresi. Gangguan jiwa sama seriusnya dengan penyakit diabetes atau tekanan darah tinggi. Menghadapi gangguan jiwa tidak hanya masalah harus menjadi kuat. Banyak gangguan jiwa disebabkan karena adanya perubahan pada zat kimia (neurotransmiter) di otak dan juga berkaitan dengan faktor genetik/keturunan.
3. Apakah Semua Orang dengan Gangguan Jiwa Perlu Dirawat Inap di Rumah Sakit ?
Pada umumnya seseorang dengan gangguan jiwa dapat diterapi dalam keluarganya dan di masyarakat. Rawat inap mungkin diperlukan hanya untuk beberapa pasien dengan kasus yang berat. Perawatan di rumah sakit tersebut pada umumnya untuk jangka waktu yang singkat.
4.Orang dengan Gangguan Jiwa Tidak Dapat Berkarya Lagi?
Orang dengan gangguan jiwa yang diberikan terapi dengan baik (sesegera mungkin) pada umumnya dapat berkarya kembali bahkan pada penderita gangguan jiwa berat. Salah satu contohnya adalah John Nash peraih Nobel dan Abel Prize. Kisah nyata John Nash tersebut telah dibuat film dengan judul “Beautiful Mind”.
5. Obat yang Berbahaya dan Harus Dihindari
Tidak ada yang akan mengatakan pada penderita diabetes atau hipertensi atau penderita kanker bahwa mereka harus menghindari minum obat. Walaupun tidak semua orang dengan gangguan jiwa memerlukan obat untuk jangka waktu yang panjang, pada pasien tertentu obat diperlukan untuk mencegah agar pasien tidak menunjukkan gejala (kambuh kembali). Semua obat memiliki efek samping tapi tidak semua orang yang meminum obat tersebut akan mengalami efek samping tersebut. Pasien tidak perlu merasa khawatir karena salah satu hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh psikiater adalah memastikan bahwa pasien mendapat terapi yang tepat yang dapat membantu pasien secara optimal dan memilih obat dengan kemungkinan efek samping yang terkecil.
6. Orang dengan Gangguan Jiwa Melakukan Kekerasan dan Membahayakan
Seseorang yang menderita gangguan jiwa pada umumnya tidak lebih membahayakan dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya. Sebaliknya, seringkali orang dengan gangguan jiwa menjadi korban dari tindakan kekerasan/kriminal. Kekerasan lebih mungkin terjadi pada orang dengan gangguan jiwa yang mengalami episode psikotik akut yang tidak mendapat pengobatan, seseorang yang berada dalam pengaruh narkoba, atau mereka yang memiliki riwayat melakukan kekerasan sebelumnya.